Secara umum paham syiah relatif lebih banyak menggunakan rasio (akal pikiran) dalam memahami ajaran Islam di banding pengikut kompilasi aqidah yang diciptakan Hasan Asy’ari dan dianut mayoritas kaum Sunni (Ahlul Sunnah wal Jama’ah). Apalagi jika dibandingkan dengan “Sunni ekstrem” Wahabi, yang paham agama mengikuti Ibnu Taimiyah dan syekh-syekh wahabi saja, seraya menolak pandangan di luar pengajaran tokoh-tokoh utama wahabi.
Maka tidak heran ilmu-ilmu Islam di kalangan Syiah memiliki spektrum lebih luas, misalnya tawasuf yang bersifat transendental dan filsafat yang sangat rasional tumbuh subur mewarnai kultur masyarakat dan kaum intelektual. Ulama Syiah, terutama Imam seperti Imam Ayatullah Khomeini juga dikenal ahli filsafat. Seperti juga Murtadho Muthahhari.
Dalam kondisi masyarakat seperti itulah Iran mampu membangun dengan kekuatan sendiri sejak tahun pertama Republik Islam Iran berdiri di bawah tekanan blokade Barat hingga sekarang. Kekuatan militer menjadi paling kuat di Timur Tengah di matra Darat, Laut dan Udara, dengan misil yang mampu menjangkau Eropa (diatas radius 3.000 km) dan diduga memiliki kemampuan membuat Senjata Nuklir. Menghadapi ancaman serangan Cyber (program jahat, malware, virus dan worm) terhadap inslalasi industri dan militer, Iran baru-baru ini mengklaim siap menghadapi ancaman Amerika dan Israel.
Berikut ini tulisan bagian DUA dari 3 seri artikel posting blog ini.
Negara mana paling siap menghadapi Cyber War?
Iran Mengaku Sanggup Lawan Ancaman Cyber AS
REPUBLIKA.CO.ID, 26 Desember 2011.
Seorang anggota senior parlemen Iran mengatakan bahwa Republik Islam Iran punya kemampuan dan potensi merespon dan melawan ancaman Cyber USA. Press TV melaporkan, Senin (26/12).
Avaz Heidarpour mengatakan, "Iran memiliki sistem operasional dan kapasitas ilmiah yang memadai untuk melawan AS dalam perang Cyber." Seraya menyinggung upaya AS untuk mempengaruhi opini publik di dunia maya, Heidarpour menegaskan bahwa Washington akan menyadari kerugiannya akibat ulahnya tersebut.
Pejabat Iran itu menambahkan, bangsa Iran tidak akan mengizinkan AS dan media Barat menebarkan pengaruhnya. Selain itu, Heidarpour menegaskan pula bahwa Iran sepenuhnya siap menanggapi ancaman asing dan memiliki kemampuan memadai untuk membela diri terhadap ancaman Cyber dan bahkan melancarkan serangan Cyber kepada musuh.
Pada awal Oktober 2010, Iran mengumumkan telah mendeteksi dan menggagalkan serangan Cyber oleh virus Stuxnet. Menurut sejumlah laporan, virus tersebut dirancang untuk menginfeksi sistem komputer industri dan nuklir Iran.
Virus Stuxnet pertama kali diidentifikasi oleh Iran pada bulan Juni 2010, virus ini dirancang untuk menginfeksi komputer dengan menggunakan Siemens Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA). SCADA adalah suatu sistem kontrol yang biasa dipakai industri untuk mengontrol pasokan air, minyak dan pembangkit listrik.
Para Ahli Iran mengatakan bahwa virus tersebut kemungkinan diciptakan oleh sebuah organisasi yang disponsori Amerika Serikat atau Israel dengan tujuan mentarget kontrol perangkat lunak yang digunakan dalam sektor industri Iran, termasuk yang digunakan di pabrik Bushehr. (IRIB Indonesia/RA)